Selasa, 05 Juli 2011

Agama dan Pembangunan Diakonia Sosial HKBP


Pola Pemberdayaan Diakoni Sosial Gereja HKBP  
Dalam Kehidupan Masyarakat Rawamangun
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan dan perkembangan di berbagai kota di Negara Indonesia disatu sisi dapat mendorong pembangunan sosial-ekonomi nasional. Karena setiap output dan produktivitas yang dihasilkan setiap daerah merupakan salah satu sumber pendapatan nasional. Sebaliknya, pertumbuhan dan perkembangan kota-kota di Indonesia dapat pula merupakan beban pembangunan nasional, adanya pertumbuhan dan perkembangan kota menuntut biaya tinggi untuk penyediaan berbagai fasilitas, seperti perumahan, kesehatan, transportasi,pendidikan, pasar dan lapangan kerja. Sehingga dari pembangunan yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat justru tidak jarang kita melihat terjadinya fenomena kemiskinan dalam masyarakat tersebut.
Masalah kemiskinan menjadi salah satu masalah sosial yang terjadi di kehidupan masyarakat Indonesia. Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah Indonesia sebagai sebuah Bangsa dan Negara. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak di Indonesia tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan karena birokrasi kesehatan yang memang menyulitkan masyarakat miskin, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota, dan yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan.[1] Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Artinya masyarakat sangat kesulitan dalam mengakses layanan masyarakat, hal ini memang didasari karena keterbatasan materi atau biaya yang mereka miliki sehingga sulit untuk mengakses layanan yang ada, seperti layanan kesehatan, pendidikan, dan hukum.
Untuk menyelesaikan masalah kemiskinan tidak semudah apa yang dibayangkan selama ini, tidak hanya berteori belaka, namun perlu penanganan praktek nyata dalam penanganan masalah kemiskinan yang dialami masyarakat Indonesia. Salah satu cara bentuk penanganan  masalah kemiskinan adalah dengan melakukan pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk terlibat dalam suatu program yang diadakan oleh Pemerintah. Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok, atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan emgnusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. [2]
Dalam makalah ini saya akan menjelaskan pola pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pihak Gereja terhadap masyarakat Rawamangun yang mengalami masalah kemiskinan dalam kehidupannya. Dalam tulisan ini penulis berusaha mengetengahkan apa yang menjadi esensi dan makna keberadaan Gereja dalam dunia. Sebetulnya peran seperti apa yang seharusnya dilakukan oleh Gereja dalam dunia ini? Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia saat ini, sudahkah Gereja berperan aktif dalam memajukan kehidupan masyarakat, tidak saja dalam kehidupan spiritual namun dalam aspek kehidupan lain seperti kehidupan sosial kemasyarakatan.
Tugas Gereja terbagi dalam 3 bagian yakni Tugas Marturia, Koinonia, dan Diakonia. [3]Marturia artinya kesaksian, dimana Gereja dan Jemaat gereja yang diharuskan untuk memberitakan kabar baik kepada setiap orang tentang keselamatan dari Tuhan. Kemudian Tugas Koinonia adalah tentang persekutuan. Ini dapat dilihat dari tugas gereja dan setiap umat Kristen yang harus menjaga kehidupan persekutuannya. Dan tugas ketiga yakni Diakonia, tentang pelayanan, melayani sesama dalam hidupnya. Setiap umat Kristen berkewajiban untuk melayani tiap orang dalam kehidupannya. Di tiap gereja tugas diakonia diaplikasikan dengan kehadiran Divisi Diakonia sosial, terutama bagi HKBP sudah menjadi tugas utama dalam menghadirkan wadah diakonia sosial sebagai bentuk pelayanan terhadap masyarakat. Gereja HKBP salah satu gereja aliran Lutheran yang berbasis etnis kedaerahan yakni etnis batak telah menjadi pelopor dalam menghadirkan wadah diakoni sosial dalam gereja dan masyarakat. Dan sebagai objek penelitian dalam tugas mata kuliah Agama Pembangunan, saya mengangkat gereja HKBP Rawamangun yang sangat dekat dengan tempat tinggal saya dalam melihat peranannya memberdayakan masyarakat melalui wadah Diakoni Sosial yang telah ada di HKBP Rawamangun sejak awalnya didirikan sekitar 49 tahun yang lalu. Dalam makalah ini saya akan mendeskripsikan pola pemberdayaan yang dilakukan Diakoni Sosial gereja HKBP Rawamangun di dalam masyarakat, artinya Diakoni Sosial ini tidak saja melayani jemaat gerejanya sendiri, namun juga melayani masyarakat di sekitar wilayah gereja.

PEMBAHASAN
Bentuk Kegiatan Diakoni Sosial dan Pelaksanaannya
Kegiatan diakonia tidak dapat dipisahkan dari gerakan jemaat HKBP Rawamangun. Secara formal, kegiatan ini dilakukan oleh Seksi Diakoni Sosial. Sejak berdirinya HKBP Rawamangun  kegiatan diakoni yang dilakukan adalah mengunjungi orang sakit, memberikan layanan kesehatan/pengobatan dan melakukan kebaktian penghiburan bagi yang kemalangan. HKBP Rawamangun juga memberikan bantuan finansial kepada jemaat yang kemalangan.  Sejak tahun 1980, HKBP Rawamangun juga memberikan bingkisan khusus bagi anak yatim dan atau piatu, janda dan duda. Bingkisan kecil ini biasanya dibagikan pada bulan desember. Sejak tahun 2005, pelayanan diakoni sosial diperluas. Setiap hari Raya Idul Fitri, Seksi Diakoni Sosial mengumpulkan sumbangan (uang dan natura sembako) untuk dibagi-bagikan kepada saudara yang beragana muslim yang membutuhkan dan yang merayakan Idul Fitri. Tak kurang dari 200 paket sembako dibagikan setiap tahun kepada mereka yang membutuhkannya. Untuk warga HKBP yang berkekurangan juga dilakukan pembagian paket sembako setiap menjelang paskah dan natal. Kupon sembako dibagikan oleh penatua gereja kepada jemaat di wilayahnya, dan jemaat tersebut mengambilnya di kompleks gedung gereja. Setiap tahun, sekitar 1000 paket dibagikan.
Diakoni Sosial termasuk menjadi urat nadi dari keberlangsungan gereja di tengah umatnya dan ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Eksistensi gereja dipertaruhkan dengan peran kepeduliannya bagi sesama. Selama ini gereja mendapat banyak kritikan dari warga gereja itu sendiri dan terkadang juga menghadapi masalah di masyarakat, seperti masalah izin pendirian gereja dan kepekaan gereja yang sebelumnya kurang dalam memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya. Untuk itulah gereja saat ini termasuk HKBP Rawamangun berbenah diri sebagai respon terhadap masukan dan kritikan yang datang dari berbagai pihak.       Setiap tahunnya peran Diakoni sosial mengalami perbaikan dan perluasan peran, yang awalnya perannya dibidang pelayanan sosial mengalami perluasan dengan pelayanan di bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Esensi dasar dari pelayanan diakoni ini terhadap berbagai aspek yang dilayani adalah dengan memberdayakan masyarakat agar dapat keluar dari masalah ketidak mampuan ekonomi yakni modal yang dihadapi mereka, dibarengi dengan pelayanan berdasarkan kasih terhadap sesama manusia. Keterbatasan modal menjadi faktor penyebab masyarakat tidak mampu mengakses beberapa layanan yang ada, seperti akses terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan, dan bahkan dalam pemenuhan kebutuhan pokok.
Beberapa aspek kehidupan masyarakat yang saat ini telah menjadi tugas dan peran Diakoni Sosial Gereja HKBP Rawamangun adalah aspek sosial-kemasyarakatan, aspek kesehatan, aspek pendidikan, dan aspek ekonomi.
Pelayanan Aspek Pendidikan
Seperti awal berdirinya Gereja HKBP di Tanah Batak, HKBP Rawamangun juga terpanggil dalam dunia pendidikan. Kegiatan pendidikan yang dilakukan di HKBP Rawamangun antara lain adalah memberi pelajaran tambahan. Tahun 1985-an, HKBP Rawamangun sudah merintis pelajaran tambahan untuk siswa SMA dan mahasiswa. Sejak tahun 2005 upaya ini dibangkitkan lagi dalam bentuk bimbingan belajar menghadapi ujian-ujian sekolah maupun masuk perguruan tinggi. Tahun 1995, HKBP Rawamangun juga memberikan beasiswa bagi murid yang secara ekonomi membutuhkannya. Mula-mula, HKBP Rawamangun hanya berfungsi menyalurkan beasiswa dari Yayasan Maruli Asi. HKBP mengidentifikasi murid yang layak menerimanya kemudian mengadministrasikan pembagian beasiswa setiap bulan. Kini HKBP Rawamangun menggalang dana sendiri untuk beasiswa yang dibagikan kepada siswa yang kekurangan. Selain itu, Seksi Pendidikan juga menyelenggarakan kursus Bahasa Inggris praktis bagi peminat. Mereka belajar secara reguler di Gedung Serba Guna HKBP Rawamangun. Selain itu juga mendirikan sekolah Taman Kanak-kanak untuk umum, terbuka bagi semua kalangan masyarakat. Sekolah ini tidak dipungut biaya karena kebutuhan dana keberlangsungan sekolah ini didanai oleh donator tetap yang rutin memberikan sumbangan dana.
Pelayanan Aspek Kesehatan
Sejak tahun 2006, HKBP Rawamangun menyediakan pelayanan kesehatan di gereja setiap hari minggu. Pelayanan kesehatan ini ditangani oleh dokter dan perawat yang juga adalah jemaat HKBP Rawamangun. Ruangan khusus disediakan untuk kegiatan ini di Gedung Serba Guna. Untuk meningkatkan pelayanan jemaat terhadap sesama manusia, sejak tahun 2005, Seksi Kesehatan juga menggerakkan donor darah di HKBP Rawamangun dan mengadakan. Aksi donor darah dilakukan tiga bulan sekali, dan diikuti oleh sekitar 40 orang setiap aksi. Kegiatan Aksi kesehatan Diakoni Sosial ini dikoordinatori oleh Poli Lukas yang selalu siap siaga dengan beberapa dokter dan perawatnya di wilayah Gereja HKBP Rawamangun. Untuk hal biaya pengobatan sampai saat ini tidak memungut biaya saat menggunakan layanan kesehatan ini, hanya sekedar pembayaran kartu anggota saat pertama kali mendaftar untuk penggunaan layanan poli kesehatan tersebut.
Pelayanan Aspek Kemasyarakatan
HKBP Rawamangun juga aktif dalam berbagai aktivitas kemasyarakatan. Dalam gerakan oikumene di wilayah DKI Jakarta dan Pulau Jawa, HKBP Rawamangun aktif dalam kepengurusan di Persekutuan Gereja-gereja se Indonesia (PGI) dan Badan Kerja Sama Gereje-gereja (BKSG) DKI Jakarta. Setiap periode, jemaat HKBP Rawamangun selalu terlibat sebagai pengurus. Tahun 1986, bersamaan dengan perayaan Jubileum 125 Tahun HKBP, HKBP Rawamangun menyelenggarakan Seminar Pembangunan Dataran Tinggi Toba. Ratusan ilmuan yang ada di Jakarta dan sekitarnya terlibat dalam seminar ini. Masalah pembangunan di Dataran Tinggi Toba dibahas dari segi fisik, pertanahan, ekonomi, sosiologis dan sebagainya. Dan saat inipun Gereja HKBP Rawamangun juga sedang ikut mempersiapkan rangkaian acara ulang tahun (jubelium) HKBP Ke-150 tahun tepat bulan oktober tahun ini. Untuk relasi dengan pihak eksternal, HKBP Rawamangun juga ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan kasus konflik terkait gereja masalah beberapa masalah keberagamaan yang terjadi.
Selain itu, dalam diakonia sosial juga ada pelayanan bagi korban narkoba, pelaksanaan kegiatan secara intern dilaksanakan oleh seluruh sub divisi Diakoni sosial dan juga bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN), Gabungan Masyarakat Peduli Anti Narkoba dan Anti Tawuran (Gapenta), Kepolisian RI, Badan Narkotika Provinsi (BNP) DKI Jakarta, RS. UKI, RS PGI Cikini, Yayasan Anak Bangsa, Pusat Rehabilitasi Narkoba di Jakarta dan Bogor, Gereja Tetangga, Perwakilan P.Injil (Sending) Jabodetabek, Gereja Jakarta International Christian Fellowship (JICF) dan VO (Victory Outreachn), dan beberapa yayasan yang bergerak dalam hal penuntasan masalah narkotika, sampai saat ini telah terbit buku “Pedoman Anti Narkoba” dan telah dibagikan kepada anggota Jemaat HKBP melalui gereja-gereja di seluruh DKI Jakarta. Buku tersebut juga telah dibagikan ke khalayak umun, sebagai usaha peringatan dan bentuk kewaspadaan dalam masalah penggunaan narkotika dalam masyarakat.
Pelayanan dalam bidang sosial-kemasyarakatan dan lingkungan sangat ditekankan dalam peran pelayanan Gereja. Pelayanan ini dapat meliputi bidang yang sangat luas, yaitu bidang sosial, politik, ekonomi, budaya, perdamaian, keadilan dan lingkungan. Pelayanan ini dapat dibedakan menjadi pelayanan yang langsung kepada masyarakat yang memerlukan dan untuk memperbaiki struktur yang korup melalui keterlibatan dalam parpol, LSM, birokrasi dan lain-lain. Untuk tenaga kepelayanan di Gereja HKBP Rawamangun sangat memadai terutama dalam hal pelayanan diakonia, mereka berasal dari berbagai pihak, Diakoni Sosial ini tidak saja menyangkut warga gereja sendiri, karena setiap kegiatan sosial dan kegiatan pemberdayaan dari Diakoni Sosial membutuhkan bantuan dukungan dari masyarakat juga. Memadai dalam hal pelayanan kesehatan dibantu oleh para dokter serta para medis. Memadai dalam hal dana, kegiatan Diakoni Sosial dananya bersumber dari berbagai pihak, selain dana kas yang dialokasikan gereja, bersumber juga dari para donator, seperti para pejabat yang menjadi warga gereja HKBP Rawamangun, Sponsor dari beberapa perusahaan. Sehingga dalam pelaksanaan setiap kegiatan Diakoni Sosial tidak memberatkan warga jemaat dan masyarakat sekitar, hampir semua kegiatan yang berlangsung tidak memungut biaya dari masyarakat
Pelayanan Aspek Ekonomi
            Aspek ekonomi adalah hal penting dalam kehidupan tiap manussia dalam masyarakat, dimana berhubungan dengan modal, kemampuan daya beli masyarakat, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan hal inilah yang sering dialami oleh masyarakat rawamangun termasuk warga gereja HKBP Rawamangun sendiri. Masih banyak ditemukan warga gereja yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup karena ketiadaan modal dalam membeli kebutuhan hidupnya. Untuk itulah Diakoni Sosial tergerak untuk menangani permasalahan tersebut. Beberapa program pun dibentuk dan digulirkan menjadi kegiatan utama dari Diakoni sosial ini, beberapa program yang diketahui penulis adalah program pemberian dana pinjaman (hibah) kepada warga jemaat gereja. Modal yang diberikan kepada tiap peminjam sebesar lima juta. Modal tersebut termasuk pada bunga yang rendah karena dibebankan modal sebesar 5 persen. Selama ini modal tersebut digunakan oleh tiap warga gereja untuk mendirikan lapangan usaha yang bergerak dibidang kewirausaahan. Seperti membuka warung kelontong, membuka toko, dan berjualan di pasar atau grosiran. Program tersebut telah berlangsung sejak 10 tahun terakhir, dan mengalami peningkatan dalam hal keuntungan bagi diakoni sosial sendiri dan juga bagi para peminjam. Sehingga setiap tahunnya terdapat pembaharuan kebijakan, terutama dalam hal besaran modal yang diberikan. Awalnya sejak dana tersebut digulirkan, dana yang diberikan untuk menjadi modal usaha sebesar satu juta, dan tiap tahun menjadi lebih besar sehingga tahun ini telah menjadi sebesar lima juta rupiah.
            Untuk sumber dana dari program tersebut berasal dari alokasi dana yang diberikan pihak gereja ditambah dari donasi yang diberikan oleh donatur tetap, sponsor dan beberapa perusahaan. Pihak sponsor dan donatur juga berperan dalam pengawasan penggunaan dana, untuk memperkecil kesempatan dalam menyalahgunakan dana, hingga saat ini belum pernah ditemukan kasus penyalahgunaan tersebut. sumber dana juga berasal dari keuntungan yang diperoleh setiap peminjam modal.
PENUTUP
Kesimpulan
Kehadiran Diakoni sosial sebagai bentuk kepedulian Gereja terhadap kondisi masyarakat secara luas, tidak saja peduli kepada jemaat gerejanya sendiri. Hal tersebut juga sebagai respon atas kritikan dan pandangan dari banyak pihak yang menilai gereja kurang peka terhadap kondisi masyarakat disekitarnya. Peran diakoni sosial yang berlandaskan kasih terhadap sesama, telah berlangsung sejak lama di gereja HKBP Rawamangun. Awalnya diakoni sosial hanya bergerak dalam pemahaman sosial secara sempit, setiap masa semakin mengalami  perluasan makna dan prakteknya. Karena kegiatan dari Diakoni Sosial juga mengalami perluasan, telah menangani beberapa aspek dalam kehidupan bermasyarakat, seperti dalam aspek pendidikan, kesehatan, sosial kemasyarakatan, sosial ekonomi. Untuk sumber dana dari keseluruhan kegiatan dan program dari Diakoni Sosial berasal  dari sponsor, dan para donatur yang ikut berpartisipasi di Diakoni Sosial, dan berdampak pada peringanan beban kepada masyarakat. Masyarakat tidak dibebankan pungutan biaya atas layanan yang diberikan oleh beberapa seksi dari Diakoni Sosial. Yang terpenting menurut Diakoni Sosial adalah bagaimana meringankan beban yang dirasakan oleh masyarakat, bukan untuk makin memberatkan beban yang ditanggung oleh masyarakat tersebut.
Seluruh program pelayanan Diakoni Sosial HKBP menjadi pengalaman spiritual yang baru bagi HKBP, setiap kritikan dan masukan yang dimaknai sebagai usaha untuk memajukan peran gereja ditengah-tengah masyarakat dan warga gereja itu sendiri. Hasil refleksi yang dimaksud adalah pengupayaan pelayanan berdampak sosial jangka pendek, jangka panjang maupun berkelanjutan. Pelayanan diakonia kiranya lebih nampak dalam bentuk konkrit atas tuntutan Injil, yaitu untuk membuat kehidupan masyarakat dan gereja menjadi berubah ke arah yang lebih baik. Misalnya, merespon masalah kemiskinan, kebodohan, kekerasan, korupsi, keterbelakangan, keterasingan, diskriminasi, masalah penyakit sosial, masalah tanah dan lingkungan hidup, masalah HIV AIDS, dan sebagainya. Dengan demikian setiap arah program pelayanan Diakonia  benar-benar menghadirkan/menyatakan damai sejahtera (syalom)
Dengan menghidupi makna pelayanan diakonia berdasarkan Firman Tuhan, maka semua lapisan jemaat dan lapisan masyarakat umum akan mampu pula melakukan karya pelayanan yang berpihak kepada mereka yang paling hina dina, paling miskin, paling tertindas, dan paling terbelakang. Karya pelayanan yang lain yang juga sangat penting adalah sikap yang berpihak pada penghargaan terhadap manusia, tanah dan lingkungan (ciptaan yang lain). Jadi, program pelayanan bukan hanya merupakan kegiatan yang bersifat hiburan, seremonial dan hura-hura, melainkan pelayanan yang sungguh-sungguh menciptakan keadilan dan pembebasan seluruh ciptaan Penguasa Bumi dan isinya. Dan alhasil, masyarakat yang sejahtera akan terwujud, memiliki modal sehingga daya beli untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan lapangan usaha akan dapat terwujud lewat kehadiran Diakoni Sosial ini dalam kehidupan masyarakat Rawamangun, jemaat gereja dan masyarakat secara umum.

DAFTAR PUSTAKA
Ismail Nawawi. 2009. Pembangunan dan Problema Masyarakat.Surabaya:Putra Media Nusantara.
Isbandi Rukminto Adi. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
Yunus Ciptawilangga. 2003. Menang dalam Persaingan Gereja. Jakarta: Metanoia Publishing.



[1] Ismail Nawawi. 2009. Pembangunan dan Problema Masyarakat.Surabaya:Putra Media Nusantara.hlm 119
[2] Isbandi Rukminto Adi. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.hlm 54
[3]  Yunus Ciptawilangga. 2003. Menang dalam Persaingan Gereja. Jakarta: Metanoia Publishing. Hlm 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar